Cerpen : Merelakan Yang Dicintai
💔 Merelakan yang Dicintai🥹 Aku masih ingat suara langkah ibu di dapur setiap subuh, menyiapkan sarapan seadanya sebelum beliau berangkat jualan gorengan keliling kampung. Aku ingat bagaimana beliau menatapku yang mengantuk, sambil berkata pelan, “ Sekolah yang rajin ya, Nak. Biar hidupmu lebih baik dari Ibu. ” Aku ingat semua itu setiap kali aku duduk di meja kantorku, di balik komputer yang layar monitornya sering menampilkan laporan yang belum selesai. Aku bangga bisa sampai di sini, kerja kantoran dengan gaji tetap, pakai baju rapi, sepatu hitam yang licin setiap pagi, dan melihat wajah ibu tersenyum di hari aku pertama kali tanda tangan kontrak kerja. Tapi, hidup nggak berjalan semulus itu. Setelah aku menikah dan melahirkan anakku, tubuhku mulai sering menyerah. Rasanya seperti lilin yang meleleh pelan-pelan. Bangun pagi sering pusing, napas pendek waktu naik tangga, dan lututku kadang bergetar waktu berdiri lama nunggu angkot. Aku pernah nangis diam-diam di mushola...