Bekerja: Antara Niat, Etika, dan Realita

Bekerja: Antara Niat, Etika, dan Realita

Bekerja itu bukan cuma soal cari uang. 
Iya, uang penting, tapi kalau cuma itu yang dicari, cepat atau lambat rasanya akan hampa. 

Niat kita bekerja sebaiknya lebih dari sekadar gajian tiap akhir bulan. Misalnya, niat untuk menafkahi keluarga, mengembangkan diri, memberi manfaat buat orang lain, atau bahkan ibadah—kalau kita percaya kerja juga bisa jadi ladang pahala.

Niat ini penting banget, soalnya dia yang akan jaga kita tetap waras waktu kerjaan lagi berat-beratnya. Waktu bos lagi ngeselin, deadline mepet, atau rekan kerja nyebelin—niat yang baik bisa bikin kita tetap profesional, tetap jaga sikap.

Nah, dalam bekerja juga ada batas-batasnya. Ada yang boleh, ada yang sebaiknya nggak dilakukan. Yang boleh itu misalnya:

♡Bekerja dengan jujur dan tanggung jawab.
♡Menjaga komunikasi baik dengan rekan kerja.
♡Belajar hal baru biar terus berkembang.
♡Istirahat kalau lelah, karena manusia bukan mesin.
♡Bantu rekan kerja kalau bisa, karena kerja tim itu kunci.


Tapi ada juga yang sebaiknya dihindari. Misalnya:

■Bekerja sambil menjatuhkan orang lain demi naik jabatan. Nggak elegan.
■Mencuri waktu—datang telat, pulang cepat, tapi absen rapi. Hati-hati, integritas itu mahal.
■Bawa urusan pribadi ke tempat kerja, apalagi kalau sampai bikin suasana kerja jadi nggak enak.
■Bergosip berlebihan. Beda antara curhat dan ngerumpi, lho.
■Ngejar karier sampai lupa hidup—nggak jaga kesehatan, lupa keluarga, lupa istirahat.


Intinya, kerja itu bagian dari hidup. Tapi jangan sampai kerja jadi alasan kita kehilangan hidup itu sendiri. 

Niatkan baik, jalani dengan jujur, dan jangan lupa:
kita kerja untuk hidup, bukan hidup untuk kerja.

---
💙💙

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zombie At Work Place

World Lupus Day : PLSS

Menangislah