Yelena : "Thunderbolts*"
Thunderbolts: Lebih dari Sekadar Film
Sudah weekend lagi, saatnya family time.
Nonton di cinema mungkin salah satu ide.
Ada film keluarga yang menurutku keren.
Banyak pesan yang disampaikan.
Supaya tak penasaran tonton trailer nya dulu deh..
Thunderbolts* .
Ini adalah salah satu produksi dari Marvel Studios, dan seperti biasa diangkat dari komik Marvel.
Aku pribadi tidak terlalu tertarik membaca komiknya, tapi saat kisah-kisah ini diangkat ke layar lebar, aku selalu suka. Terutama pesan di balik para tokohnya.
Menurutku, Thunderbolts sangat erat kaitannya dengan mental health.
Setiap tokohnya memiliki masa lalu yang menyakitkan, luka yang belum benar-benar mereka sembuhkan.
Rasa bersalah atas masa lalu membuat mereka terpuruk dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Karena itu, mereka mudah dimanipulasi oleh orang lain yang memanfaatkan kesedihan mereka.
Yelena Belova, Bucky Barnes, John Walker (U.S. Agent), Red Guardian, Ghost, Taskmaster, dan Sentry direkrut oleh Valentina Allegra de Fontaine untuk menjalankan misi berbahaya.
Namun, Valentina tak benar-benar melihat mereka sebagai pahlawan—mereka hanya bidak, yang bisa diatur seperti robot.
Aku pribadi sangat menyukai karakter Yelena. Ia merasa hidupnya hampa, seperti tak memiliki perasaan—mati rasa. (Mungkin karena aku pun pernah merasakan hal yang sama.)
Yelena mencoba mencari tahu apa yang membuatnya merasa seperti itu, meski ia belum mendapatkan jawabannya.
Dalam proses menyelesaikan misi terakhir, Yelena akhirnya mulai memahami akar kehampaannya.
Ternyata, yang ia butuhkan adalah kasih sayang dari sosok ayah. Terutama setelah rasa bersalah yang mendalam karena telah menjebak temannya—hingga menyebabkan kematian.
Saat dirinya hancur, yang ia inginkan hanyalah pelukan dari seseorang. Tapi sosok ayah yang ia rindukan tak pernah hadir, bahkan hingga dewasa.
Itulah mengapa ia tak pernah memanggil pria itu dengan sebutan "ayah".
Namun, di film ini, Yelena akhirnya mampu melalui pergolakan batinnya.
Ia sesungguhnya adalah pribadi yang peka dan penuh empati.
Saat Bob (Sentry) dikuasai sisi gelap dalam dirinya, Yelena berusaha menyelamatkannya. Ia menyadarkan Bob bahwa sisi baik dalam dirinya seharusnya lebih dominan.
Bob, yang selama ini dihantui rasa bersalah dan merasa dirinya pecundang—selalu takut melawan ketidakadilan yang diterimanya dari sang ayah—perlahan berani melawan belenggu itu.
Bersama Yelena dan teman-teman lainnya, Bob akhirnya bisa mengendalikan sisi baik dalam dirinya.
Yah... begitulah.
Trauma mungkin dialami oleh semua orang. Tapi, pilihan untuk pulih dari trauma itu ada di tangan kita sendiri.
Rasa hampa akan perlahan hilang ketika kita mulai menemukan makna hidup—dan ketika kita mulai mencari Tuhan untuk menuntun kita kembali ke jalan yang benar.
Ketika kita merasa bahwa Allah SWT itu dekat, maka saat itu kita tahu bahwa Kita tak sendiri.
Happy Quality Time...
💖💖
Komentar
Posting Komentar