Terpaksa Melanggar
Pengalaman pertama, pake asuransi pemerintah.
Setelah sekian lama jarang berinteraksi dengan orang lain yang tidak dikenal. Hari ini rabu (070525) lumayan bertemu beberapa orang dan sempat mendengar cerita.
Tahukan kalo dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara itu pasti ada aturan. Aturan dibuat untuk ditaati dan dilaksanakan. Walaupun tak jarang aturan itu masih ada celah untuk dilanggar.
Ya sebisa mungkin untuk tak melanggar tapi jika kondisinya tidak memungkinkan semoga Allah mengampuni.
Si kakak perlu perawatan lanjutan di rumah sakit. Karena pake asuransi pemerintah artinya harus ada rujukan dari dokter di tingkat pertama.
Nah rujukan udah dikasih, tibalah harus ke RS.
(Ehm, yang pernah ke RS pasti tahu kan gimana prosesnya. Mau pasien pake asuransi pemerintah, swasta atau pasien bayar sendiripun tetap aja rame.)
Emang sih ada RS yang memperlakukan perbedaan perlakuan pasien dari asuransi pemerintah dan yang bukan.
Kalo tujuannya buat kenyamanan pasien yang bayar sendiri atau asuransi swasta, wah diskriminasi kayaknya, padahal nih ya, kalo mau difikir RS itu dapet duit yang banyak ya jelas dari pasien asuransi pemerintah deh😁.
Dari beberapa RS ada yang membedakan dari sisi administratif. Mulai dari antrian. Tapi ada juga RS yang memisahkan antara poli untuk pasien umum/asuransi swasta dan poli untuk pasien asuransi pemerintah.
Jika dari sisi administratif mungkin bisa lebih tertib jadi petugas yang melayani gak bingung.
Kalo gini sih lebih baik di awal saja pemisahannya waktu antri pendaftaran bukan diskriminasi ruang tunggu dan polinya.
Seperti tadi ketika kami ke RS, pastinya ambil nomor antrian dong. Nah di console box nya ada beberapa pilihan, kira kira intinya ini:
1. Pasien Baru
2. Pasien "Asuransi Pemerintah"
3. Pasien Umum
4. Pasien daftar online
Clear pemisahan administratifnya.
Lalu nanti antri di loket sesuai peruntukannya. Dari situ baru ke Poliklinik.
Kalo pengalaman hari ini mulai ambil nomor pendataran pasien baru pukul 7.54 lalu di loketnya dilayani pukul 8.13 kira kira menunggu 19 menit khusus di loket pasien baru karena di loket ini juga merangkap petugasnya sebagai petugas scan berkas😊.
Nah dari sini kita diarahkan ke Poli yang dituju, menyerahkan nomor medrec sama petugas poli dan menunggu panggilan.
Biasanya keluhan itu muncul disini.
Apalagi kalo pasiennya rame dan dokter tidak ontime ditambah ruang tunggu yang kurang nyaman.
Makanya sering terjadi pelanggaran aturan disini.
Kalo di RS tadi pasien yang menunggu di Poli tidak dikasih nomor antri lagi. Petugas poli mengurutkan antrian berdasarkan nomor antri pendaftaran, kalo dugaanku sih melihat jam yang tertera di nomor antri tersebut.
Awalnya aku biasa saja menunggu sampe satu jam. Tapi setelah 3 jam dan ternyata urutan panggil kami pasien ke 24. Yang dilayani baru urutan ke 12. Mulai galau, apakah menerima tawaran untuk lewat pintu belakang?🙄
Setelah aku fikir baik buruknya, akhirnya bersedia dibantu. Dan untungnya tak lama tindakan untuk si kakak. Hanya <15 menit. Mudah2an tidak mengganggu antrian yang lain.
Pertimbanganku karena khawatir batereku akan habis sebelum waktunya, resiko ngedrop, mengingat antrian yang masih panjang.
Tapi menurutku kondisi ini mungkin bisa diminimalisir jika RS tanggap.
Mungkin mewajibkan dokter untuk ontime sesuai jam pendaftaran sehingga tidak terjadi penumpukan pasien.
Atau menambah tenaga dokter di poli tersebut atau menetapkan kapasitas pendaftaran.
Kalo yang terakhir sih memang butuh perhitungan lagi, berapa rata rata jam layan per pasien.
Nah dari sisi pasien akhirnya tak ada solusi lain kalo mau dapet urutan atas di poliklinik maka:
1. Cari kenalan di RS itu, supaya bisa dapet nomor antri cepet.
2. Datang pagi pagi sekali (seperti ibu yang cerita ke aku kalo dia dari rumah habis subuh dan sampe jam 11 dokternya belum datang, padahal dia udah laper dan ada penyakit diabetes juga🥲).
Yah segitu aja pengalaman pertama kali ini.
Cukup banyak cerita.
Kita lanjutkan di pengalaman kedua bulan depan si Kakak kontrol lagi.
○TETAP SEMANGAT
Komentar
Posting Komentar