Ternyata Titik Balik Itu Mulai di 1 Mei

1 Mei, bagiku bukan hari buruh. Empat tahun lalu, mengantarkan mama ke pemakaman ini.
Seperti reka ulang peristiwa, masih terekam jelas dari mulai dikabarkan bahwa engkau gagal nafas pada tengah malam dan perawat bilang sedang dilakukan RJP. 

Aku menolak hal buruk, aku berdoa ya Allah selamatkanlah ibuku, setengah berlari menuju Rumah Sakit sambil air mata mengalir dengan sendirinya.

Namun takdir telah digariskan, kematian adalah hal pasti yang terjadi dan Allah telah menetapkan itu.

Duniaku seperti kosong, episode kehilangan sudah pernah aku rasakan tapi kali ini terasa perih sekali. Aku ingin tetap terlihat kuat sama seperti ketika papa pergi, tapi ternyata jiwaku hancur. Ragaku ada tapi isinya kosong.

Empat tahun setelahnya banyak hal yang terjadi.
Episode kehilangan itu dilewati dengan jatuh bangun. Penyangkalan (denial), kemarahan (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance).

Tahapan itu aku lalui, tanpa sadar aku menyangkal perginya ibuku, aku limpahkan kesalahan pada orang orang yang merawatnya, aku sesalkan mereka yang tak peduli.
Aku marah pada mereka, aku marah pada diriku sendiri mengapa membiarkan mama sendiri, aku marah pada diriku kenapa menularkan virus itu.

Lalu aku yakinkan diriku bahwa Allah pasti memiliki rencana dan kehilangan ini pasti ada hikmah. Walau aku sulit menemukan hikmah itu.
Fase ini mungkin fase krusial, seharusnya aku bisa ikhlas, tapi bukan hanya di mulut saja. 
Namun pada kenyataannya aku seperti duck syndrom, terlihat baik di permukaan namun sungguh usahaku untuk mengatasi kehilanganku amatlah berat. 

Aku mulai sulit mengontrol emosi. Ditambah lagi lingkungan tak mendukung.

Terpaan masalah demi masalah menghantam. Kesedihan yang kusimpan rapi ternyata seperti bom waktu yang siap meledak jika diaktifkan. 
Dan puncaknya adalah burnout yang mengarah pada depresi. Aku bergantung pada manusia, mengharap ada yang mau menolongku. 

Saat itu aku seperti ditarik lagi kembali ke fase awal kehilangan, Penyangkalan (denial), kemarahan (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance)

Namun dari semua fase kehilangan itu, aku bersyukur masih diberi kesempatan memperbaiki diri. 

Seorang teman memberi nasihat
"Jangan sampai merasa bersalah jadi pintu masuknya setan bahwa Allah itu Maha Pemberi Rahmat.
Bahkan ketika berdosa, kalo guruku ajarkan jangan ingat dosanya banyak tapi ingat betapa luasnya rahmat Allah masih diberi kesempatan ingat dosa"

Bungkus bungkus permen yang aku terima aku memohon sebagai penggugur dosa.
Sehingga aku layak menerima manisnya permen itu.

4 tahun aku lewati dengan pasang surut kondisi yang pada akhirnya mengantarkan aku pada suatu kesadaran bahwa Allah menegurku dengan cara yang indah. 
Aku dipilih untuk kembali ke jalanNya. Allah mengingatkanku bahwa menggantungkan harapan pada makhluk adalah kesia-siaan.

Memilih untuk fokus memperbaiki diri sungguh menjadi titik balik kembali Nol.
Kutinggalkan "duniaku". 

Ya...setelah semua yang kualami.. 
Empat tahun aku akhirnya bisa menemukan jalan kembali. 

Alhamdulillah, kusyukuri yang telah aku lewati. Aku bangga bisa berada di titik ini. Tentu saja karena pertolongan Allah.

Setelah ini aku tau masih ada tantangan lain yang pasti karena Allah menyayangi hambaNya.

"Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar" (Al Baqarah 155).

Ya Allah,
Ajari kami bersyukur, bukan hanya saat hidup terasa indah, tapi juga di saat lelah, bingung, dan kehilangan arah. 🌵
Tanamkan dalam hati kami keyakinan pada janji-Mu:
"Jika kalian bersyukur, sungguh Aku akan menambah (nikmatnya)." (QS. Ibrahim: 7)

Jadi, saat hidup lagi berat, bingung mau minta bantuan ke siapa, bahkan udah ngerasa mentok banget, ingatlah
Allah Yang Maha Kuasa, selalu bisa nolongin kita — dengan cara yang kadang nggak pernah kita duga, dan pastinya dengan cara yang paling baik menurut-Nya.

Bismillah, jika kalian pernah mengalami hal yang sama denganku, yuk pelan-pelan bangkit lagi. Libatkan Allah di setiap langkah, karena bareng Allah, segala hal yang terasa mustahil pun bisa jadi nyata. 🤲🏼✨

Barakallah fiikum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zombie At Work Place

World Lupus Day : PLSS

Menangislah