Kesejahteraan dan Keseimbangan Kerja

Kalian pernah merasakan bekerja dalam suatu perusahaan atau dimanapun ? Jika iya maka sepakat ya jika SDM adalah aset yang berharga yang harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.

Nah salah satunya adalah memperhatikan kesejahteraan dan keseimbangan kerja.
Siapa tau kamu salah satu dari SDM yang ditempatkan di manajemen SDM atau mungkin someday kamu akan membuat perusahaan sendiri..😊

Berikut beberapa poin yang bisa dilakukan untuk mendukung hal tersebut. 
Dibaca sampe tuntas ya😉.

1. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman

Lingkungan kerja yang sehat dan aman mencakup aspek fisik dan psikologis, yang mendukung produktivitas serta kesejahteraan karyawan. Beberapa langkah nyata:

A. Keselamatan kerja: Menyediakan alat pelindung diri (APD), pelatihan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), serta prosedur darurat.

B. Fasilitas fisik yang memadai: Ruang kerja yang bersih, ventilasi yang baik, pencahayaan cukup, ergonomi meja/kursi, dan kebersihan umum.

C. Pencegahan penyakit: Program kesehatan rutin, vaksinasi, dan kampanye gaya hidup sehat.

D. Bebas dari pelecehan dan diskriminasi: Menerapkan kebijakan nol toleransi terhadap kekerasan, pelecehan, dan diskriminasi, serta menyediakan saluran pelaporan yang aman dan rahasia.

2. Mendorong work-life balance

A. Work-life balance membantu karyawan menjaga produktivitas tanpa mengorbankan kehidupan pribadi. Strategi yang bisa diterapkan:

B. Jam kerja fleksibel: Memberi opsi kerja fleksibel atau jam kerja yang tidak kaku.

C. Kerja jarak jauh (remote work): Menyediakan kebijakan kerja hybrid atau remote jika memungkinkan.

D. Cuti yang cukup dan mudah diakses: Menyediakan cuti tahunan, cuti sakit, cuti keluarga/melahirkan, dan hari libur khusus.

E. Batas komunikasi di luar jam kerja: Mendorong manajemen untuk menghormati waktu pribadi karyawan dan tidak menghubungi mereka di luar jam kerja kecuali dalam kondisi darurat.

3. Menyediakan dukungan mental dan emosional jika dibutuhkan

A. Perusahaan yang peduli pada kesehatan mental menunjukkan komitmen terhadap kesejahteraan menyeluruh karyawan. Beberapa pendekatan:

B. Konseling dan layanan psikologis: Menyediakan akses ke psikolog atau layanan Employee Assistance Program (EAP).

C. Pelatihan manajemen stres: Mengadakan workshop untuk mengelola tekanan kerja, kecemasan, dan burnout.

D. Kultur kerja yang suportif: Mendorong empati, komunikasi terbuka, dan saling menghargai di antara karyawan dan manajemen.

E. Cek rutin kesehatan mental: Mengintegrasikan survei atau asesmen psikologis ringan secara berkala untuk mendeteksi masalah lebih awal.

Nah Jika ketiga poin tersebut tidak dilakukan oleh perusahaan, akan muncul dampak negatif baik bagi karyawan maupun keberlangsungan bisnis. Berikut contoh-contohnya:

1. Dampak negatif Tidak menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman: 

A. Kecelakaan kerja meningkat, terutama di lingkungan kerja berisiko (pabrik, konstruksi, dll) karena kurangnya APD dan pelatihan K3.

B. Penyakit akibat kerja seperti sakit punggung, gangguan mata, atau infeksi karena fasilitas kerja yang buruk.

C. Tingkat absensi tinggi akibat kondisi kerja yang menyebabkan stres fisik atau kelelahan.

D. Karyawan merasa tidak dihargai, sehingga menurunkan motivasi dan loyalitas.

E. Potensi tuntutan hukum atau denda karena melanggar UU Ketenagakerjaan/K3.

2.  Tidak mendorong work-life balance

A. Burnout dan kelelahan mental karena beban kerja berlebihan dan waktu istirahat yang tidak dihargai.

B. Produktivitas menurun karena karyawan tidak fokus, sering sakit, atau kehilangan motivasi.

C. Tingkat turnover tinggi karena karyawan mencari tempat kerja dengan budaya yang lebih sehat.

D. Citra perusahaan buruk di mata publik dan pencari kerja.

E. Hubungan keluarga karyawan terganggu, memicu stres tambahan.

3. Dampak negatif Tidak menyediakan dukungan mental dan emosional

A. Karyawan mengalami depresi, kecemasan, atau krisis pribadi tanpa bantuan, yang berdampak pada performa kerja.

B. Masalah pribadi terbawa ke tempat kerja, menyebabkan konflik antar tim atau penurunan moral kerja.

C. Lingkungan kerja jadi tidak suportif, muncul budaya saling menyalahkan, bukan saling mendukung.

D. Stigma terhadap kesehatan mental tetap tinggi, membuat karyawan takut mencari bantuan.

E. Kejadian ekstrem seperti mogok kerja, isolasi sosial, atau bahkan self-harm pada kasus berat.

《Treat them as human being》

❤️❤️


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zombie At Work Place

World Lupus Day : PLSS

Menangislah