Korsa
Kata ini populer di kalangan para prajurit TNI. Karena sepertinya sebelum bergabung dalam pendidikan di lingkungan militer, aku tak pernah mendengar kata ini.
Flash back..
Dulu ketika kecil ditanya cita citanya apa?
Mantap menjawab.. walau berubah ubah, kadang bilang cita cita mau jadi dokter, lalu jadi tentara, lalu jadi arsitek 😂😂..
Yaa se galau itu ketika kecil..
Tapi sebetulnya galau sesungguhnya itu setelah di smu, tak bisa menjawab walau dengan satu kata, ketika ditanya mau meneruskan kuliah ke mana?
Benar benar lupa kalo pernah punya cita cita
Dalam perjalanan usia, cita cita itu hanya terucap dilisan tanpa ada usaha yang disiapkan.
Menjadi dokter? Hemm... otak pas pasan tambah lagi dana yang tak memungkinkan..
Jadi tentara ? Aduhhh kok bisa dulu berfikir mau jadi tentara, lah fisik saja tak mendukung..🙈🙈🙈.
Jadi arsitek? Ehm ini karena melihat ayah yang keren sekali bisa menggambar gedung tinggi, jembatan, irigasi..tapi..kok aku tak yakin bisa seperti ayah.
Akhirnya cita cita tinggal angan. Yang terfikir adalah sekolah yang singkat dan langsung bisa kerja.
Akhirnya memutuskan untuk tak berminat menjadi sarjana (S1) ditambah jalur prestasi yang diikuti di smu juga tidak lolos ke sekolah kedinasan.
Bermodal nekat bersama beberapa teman satu sekolah, mendaftar di akademi perawatan dan tidak tanggung tanggung mendaftar di tiga akademi. Salah satunya Akper milik Angkatan Darat. Kenapa memilih mendaftar di Akper, jawabnya simple..karena diajak temen 😂😂.
Saking tak punya tujuan.
Ketika sudah tiba di lokasi, ada teman yang sempat mundur karena takut. Banyak sekali cerita menyeramkan, katanya nanti disuruh bangun malam, jungkir, merayap. Wah membayangkan saja sudah ciut.
Tapi satu fikiran waktu itu, yah kalo tak di coba kan tidak tahu kebenarannya. Jangan kalah sebelum perang.
Singkat cerita setelah melewati serangkaian tes, mulai dari tes tulis, psikologi, jasmani sampe kesehatan dan terakhir pantohir, akhirnya dinyatakan lulus seleksi.
Banyak sekali rangkaian tesnya kan.😁
Yang paling menyeramkan bagiku tes Jasmani waktu itu, bayangkan lari keliling lapangan di markas kesehatan, lalu sit up, pull up, roling,..sudah mirip mau masuk tentara kan? Aku cuma melaksanakan sebisaku walau mungkin tak sempurna tapi tak menyurutkan semangat untuk lulus.
Satu lagi yang membuat deg degan adalah saat pantohir. Dimana di wawancara dan di tes langsung oleh para perwira tinggi di Kesehatan Tentara, bayangkan ketemu tentara saja sudah serem, nah ini di malah wawancara, seperti uji nyali.😅.
Akhirnya tiba waktunya kami masuk di Asrama, dan satu satunya Akper di kota ini yang tetap di Asrama selama 3 tahun hanya Akper milik TNI.
Kehidupan di Asrama tidaklah semenyeramkan seperti cerita, aku malah menikmati, tapi mungkin karena aku ikhlas menjalani pendidikan di sini makanya apapun yang dilalu terasa ringan.
Masa tingkat pertama adalah masa paling sulit, paling junior dan harus patuh pada semua perintah.
Tapi tahun pertama inilah kami benar benar di gembleng secara fisik dan mental.
Setiap hari hanya tidur 4 sampe 5 jam.
Karena kadang senior sampe malam masih memberikan kami arahan, duduk di bawah langit dan diatas tanah, lalu besok paginya harus sudah bangun jam 4 subuh, karena wajib lari pagi keliling markas sampe tiba waktu subuh.
Ngantuk pasti iya, tapi karena dilaksanakan bersama sama, sambil bernyanyi lagu penyemangat, mata jadi segar, dilanjutkan dengan kegiatan kurve sesuai area piket, setelahnya bersih diri dan siap siap sarapan sebelum apel pagi dan masuk kelas.
Di tingkat pertama juga kami belajar apa itu jiwa korsa yaitu semangat kebersamaan, solidaritas, dan tanggung jawab. Egois tak berlaku disini.
Jika salah satu teman seangkatan melakukan kesalahan dan tidak ada yang mengingatkan maka hukuman tidak hanya ditanggung satu orang tapi satu angkatan.
Dan disinilah kami akan saling mengingatkan untuk taat pada aturan.
Ajaran ajaran yang diterapkan di militer juga diterapkan kepada kami walau status kami adalah mahasiswa sipil.
Salah satunya yang masih ku ingat adalah "Disiplin Nafasku dan kehormatan adalah segalanya",
Setelah 3 tahun semua ajaran itu melekat, dan semua kebiasaan itu selalu diingat.
Kami satu angkatan seperti saudara, kepada senior tetap menghormati, serta kepada junior tetap menghargai.
Akhirnya walaupun cita cita menjadi tentara hanya angan, tapi tetap bisa merasakan bagaimana dididik bersama militer selama 3 tahun, bisa merasakan berteman dengan para organik militer, baik laki laki maupun perempuan /KOWAD.
Dan mereka menganggap kami adalah adik adik mereka, sangat melindungi dan menghargai.
Lalu walau tak menjadi dokter tapi tetap bisa berteman dengan dokter hebat dan bisa kolaborasi dengan dokter yang luar biasa..
Allah itu tahu mana yang tepat untuk hambaNya.. dan pada akhirnya takdir kita akan tetap kita jalani walau bukan sesuai angan..
-----
Salam Korsa
♡PR
Komentar
Posting Komentar