Mengenang Perjalanan

Dulu berniat ketika kembali ke tanah air akan membuat tulisan untuk menjadi kenangan dan pembelajaran dari pengalaman,tapi ternyata tidak terlaksana.

Saat ini mencoba mengingat kembali apa saja yang sudah dilalui saat itu, walau mungkin ada ingatan yang sudah samar.

Bismillah, aku menceritakan kembali perjalanan menjalankan rukun Islam ke 5, yaitu berhaji ke Baitullah.

Part 1. Persiapan
Berangkat haji itu tidak bisa saat ini mendaftar lalu langsung berangkat. 
Sama seperti saat liburan sekolah atau hari raya, semua tiket akan habis jika baru mau membeli di hari H. 
Maka dalam kondisi waktu yang sama dan peminat yang banyak maka diberlakukanlah quota. 

Demikian juga Indonesia menerima quota jamaah calon haji dari pemerintah Arab Saudi. Lalu quota akan disebar ke semua wilayah provinsi di Indonesia. Aku tak faham bagaimana cara pemerintah membagi quota itu, apakah berdasar peminat yang sudah masuk waiting list atau proporsi dari jumlah penduduk berdasarkan usia. Ah biarlah urusan pemerintah😉.

Persiapan biaya
Tahun 2010 aku mendaftar melalui KBIH
Saat itu aku sebagai mahram dari Ibuku.
Kami menyiapkan uang 2,5 juta per orang sebagai mahar ke Bank yang ditunjuk menjadi badan pemberi dana talangan Haji.
Jadi sederhananya, waktu itu cukup menyiapkan dana 5 juta untuk 2 orang lalu Bank akan menambahkan dana sebagai pinjaman tanpa bunga kepada calon jamaah selanjutnya sudah bisa mendaftar di Kementrian Agama dan mendapat nomor Porsi. Aku lupa berapa biaya untuk mendapat nomor porsi waktu itu. Namun perlunasan pinjaman dengan Bank yang aku ingat harus lunas 2 tahun lalu jamaah calon haji diminta melunasi biaya haji pada tahun keberangkatan.

Saat mendaftar aku berusia 29 tahun dan kami mendapat porsi tahun berangkat pada 2014. Jadi kami punya waktu 5 tahun untuk melunasi semua biaya ibadah haji tersebut.

Nah bagian inilah yang tadinya aku merasa sungguh ibadah haji itu adalah ibadah yang memang harus mampu secara finansial maka aku yang penghasilan hanya 3 juta per bulan tapi harus mencicil setiap bulan untuk melunasi pinjaman bank belum lagi perlunasan biaya haji merasa khawatir aku tak bisa memenuhinya🥲.

Tapi Masya Allah, rezeki itu datang dari arah yang tak kita duga, walaupun setiap bulan aku menyisihkan gaji untuk membayar pinjaman tapi tak pernah merasa kekurangan, padahal aku punya anak balita yang masih minum susu, membeli pampers belum lagi lain lain.

Memang janji Allah itu benar, buatlah rencana, berniatlah karena Allah maka selebihnya Allah yang akan menuntun kita, Allah yang akan mempersiapkan apa yang kita butuhkan. Cukup doa dan ikhtiar.

Rasanya lega dan hampir menangis ketika bisa melunasi semua biaya haji untuk kami berdua dengan total kurang lebih 64 juta justru 1 tahun sebelum berangkat.
Uang segitu saat itu adalah sangat besar bagi kami, tak terbayang bisa menabung sebanyak itu.

Kami yang tadinya di jadwalkan 2014 harus mundur di 2015 karena nomor porsi tidak masuk dibatas akhir. Tapi kami tidak bersedih dan menganggap itu adalah takdir Allah karena ternyata aku melahirkan anak ke2 di tahun 2012 sehingga jika berangkat di 2015 maka usianya sudah 3 tahun.

Persiapan sandang
Selain persiapan biaya, masih ada persiapan sandang yang mau tak mau memang harus dipenuhi seperti 
- gamis, 
- mukena, 
- bergo
- sarung tangan
- sandal haji dan sepatu
- topi
- handuk kecil
- disposible underwear
- hanger
Pengalamanku tak perlu banyak membawa pakaian karena disana nanti kita bisa setiap hari mencuci. Persiapkan yang benar benar dibutuhkan bukan karena keinginan semata, karena sekarang banyak sekali iklan iklan yang menawarkan produknya saat musim haji.

Persiapan kesehatan
Persiapan ini tak kalah penting karena ibadah haji itu adalah ibadah dengan fisik yang sehat. Tapi bukan berarti orang sakit tak bisa berhaji, namun sebaiknya menjaga tetap sehat adalah hal yang terbaik. Olagraga rutin misal berjalan kaki, ini supaya tubuh kita tidak kaget saat menjalankan ibadah, karena hampir semua rukun haji adalah menggunakan kekuatan kaki.

Lalu bagaiamana dengan aku yang memang punya penyakit autoimun, tidak boleh lelah dan banyak lagi pantangannya.
Ehm sebelum berangkat aku selalu rutin kontrol dan mengikuti nasehat dokter. Berlatih berjalan kaki seminggu sekali, menghindari stress berat. Tapi qadarullah aku bersalin dengan cara Sectio sehingga butuh waktu untuk pemulihan tapi waktu 1 tahun terakhir cukup untuk latihan fisik secara rutin.

Ikuti pemeriksaan kesehatan yang dianjurkan pemerintah juga vaksin wajib.

Persiapan Ilmu
Persiapan yang paling penting adalah ILMU.
Ikuti manasik haji dengan serius, walaupun apa yang akan dihadapi nanti belum tentu sama dengan yang di ajarkan pada saat manasik, tapi setidaknya sudah mendapat bayangan, terutama rukun haji, ihram, thawaf, Sai, wukuf, melontar jumroh, tahalul.
Perbanyak ibadah dan sedekah, berdoa pada Allah memohon disampaikan niat ke Baitullah, diberikan kesehatan dan kelancaran.

Nah segitu dulu Part 1. Persiapan.
Kita akan lanjut Part 2. Hari Keberangkatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zombie At Work Place

World Lupus Day : PLSS

Menangislah