Mengenang Perjalanan (Part 3. Tiba di Jeddah)

Setelah melalui perjalanan 9 jam beberapa kali sholat di pesawat, akhirnya kami tiba di bandara King Abdul Aziz Jeddah, seingatku belum waktu zuhur.

Sesampainya kami disana harus melewati imigrasi dan dijaga petugas petugas keamanan yang bagiku tampangnya menyeramkan. Baru pertama kali di imigrasi dan dijaga ketat membuat jantung berdegub kencang, aku bersama ibu selalu bergandengan.
Kami antri di loket yang disediakan dengan jarak antri dan petugas loket 2 M.
Dilarang memfoto apapun disitu, jika ketahuan petugas tak segan meminta handphone dan langsung menghapusnya. 

Tibalah giliranku, kudahulukan ibu diperiksa, merekam iris wajah dan sidik jari mencocokan dengan data di komputer mereka dan di passport. Pemeriksaan berlapis yang dilakukan pemerintah arab saudi. Alhamdulillah kami melewatinya.

Lalu setelah semua rombongan selesai pemeriksaan, kami menuju suatu ruang tunggu di bandara yang disediakan ambal ambal untuk kami duduk.
Disini kami diminta berganti pakaian ihram dan berwudhu.

Ini pengalaman yang menurutku mungkin bukan suatu yang krusial untuk berganti pakaian. Bukankah pakaian ihram bagi wanita itu adalah menutup semua aurat.
Tapi yang terjadi adalah suatu yang tak efektif.
Dari asrama haji kami diinstruksikan memakai pakaian seragam dari KBIH dan kemudian di lapisi batik haji Indonesia. 
Lalu di bandara jeddah diminta untuk salin dengan pakaian ihram yang notabenenya kalo Indonesia identik dengan warna putih.

Kebayangkan raturan orang harus berganti pakaian di waktu yang sama karena dikejar waktu jadwal kendaraan yang akan mengangkut ke Mekkah.
Karena kloter 11 adalah gelombang kedua, maka dari bandara akan langsung ke Mekkah.

Disitu mulai terlihat keegoisan orang orang, menyerobot kamar mandi untuk berganti baju, malah ada yang nekat ganti baju di tempat wudhu yang terbuka, walaupun cewek semua tapi rasanya tak etis. 

Jadi makanya ku berfikir, jika tidak terkena najis maka sebetulnya pakaian yang di pakai dari Indonesia tetap bisa digunakan walau bukan berwarna putih dari pada harus antri dan berdesakan seperti itu, lalu cukup berwudhu saja. Jika terkena najis mungkin akan lebih enak berganti di pesawat saja. Kecuali para laki laki yang memang harus mengganti pakaian ihram khusus laki laki.

Tapi ya sudahlah, setelah ibu berganti pakaian aku menyusun kembali barang2 bawaan di tas kabin, katena tas bagasi langsung diangkut ke bis oleh petugas bandara.
Terasa waktu begitu pendek, tidak sempat istirahat hanya sekedar duduk sebentar, karena memang harus serba cepat.
Makanya aku selalu mendahulukan ibu, karena usia lanjut pasti akan menges kalo buru buru. 
Alhasil aku paling terakhir selesai dan sudah ditunggu oleh rombongan untuk masuk ke dalam bis. 
Akhirnya kami naik bis sesuai rombongan, dengan pakaian yang sudah tertutup rapat. Sejak bis berjalan kami berdoa diberikan keselamatan sampai di kota mekkah dan tak lupa aku juga berdoa yang aku bisa walaupun dibuku tuntunan ibadah haji ada tapi aku berdoa sesuai yang aku faham. 
Aku memohon dilindungi di negeri ini seperti penduduk aslinya dan mohon agar apa yang ku minum, makan serta aku hirup disana diterima oleh tubuhku. 
Karena perbedaan waktu dan cuaca bisa saja tubuhku tidak langsung beradaptasi. 
Aku harus sehat supaya bisa ibadah dan menjaga ibuku.

Dalam perjalanan ke mekkah kami singgah di beberapa tempat. Pertama di tempat pengisian bahan bakar disinilah kami banyak menerima sedekah dari penduduk asli, makanan dan minuman. Masya Allah mereka memuliakan tamu tamu Allah. Tak memandang asal dari mana.

Ohya aku lupa dimana miqat umroh bagi jamaah haji Indonesia, seingatku ketika di pesawat diatas Yalamlam kami diingatkan untuk mengambil miqat, tapi karena jamaah laki laki belum berpakaian ihram maka kami tidak miqat di atas Yalamlam.
Hemm bagian ini ingatanku samar. Kami miqat di Bir 'Ali dan oleh karena itu jamaah indonesia membayar Dam/denda.

Setelah menempuh perjalanan beberapa jam kami tiba di mekkah dan langsung ke maktab. Pembagian kamar dan langsung berangkat ke masjidil haram untuk menjalanlan ibadah  umroh. 

Pertama kali memasuki masjidil haram terasa merinding tak bisa diungkapkan dengam kata2 hanya mata yang berkaca kaca, masih tak menyangka bisa tiba disini. Lalu menuju ka'bah, subhanallah Alhamdulillah Allahuakbar hanya itu yang bisa terucap. 

Kami menjalankan rukun umroh, thawaf dan sai lalu tahallul.
Semuanya sampai waktu subuh menjelang.

Benar2 tanpa istirahat. Setelah subuh kami baru keluar masjid untuk kembali ke maktab.

-- berlanjut 

Sedikit tips, jika ingin berangkat melalui KBIH, pilihlah yang berpengalaman dan pembimbing2 yang sudah pernah berhaji, atau jika tidak, berhaji secara mandiri juga lebih nyaman karena tidak terikat dengan aturan2 KBIH, tapi harus berbekal ilmu yang banyak.

Ada satu cerita tidak mengenakan. 
Saat tubuh kami sudah lelah sangat, belum makan, ingin segera tiba di maktab tiba tiba dihebohkan satu jamaah kami yang terpisah dari rombongan. Katanya pamit ke toilet tapi tidak kembali. Akhirnya semua karom dan karu ikut mencari, bayangkan masjid sebesar itu dan jamaah yang mulai ramai bagaimana menemukan 1 orang yang ternyata ada kondisi dimana suka lupa.
Dari subuh sampai kira2 hampir pukul 9 baru kami bisa kembali ke maktab.

Jika terjadi kondisi seperti itu, maka memang perlu orang yang berpengalaman.
Karena tidak bisa mengabaikan puluhan orang untuk 1 orang.
Seharusnya karom membagi tim, tim yang mengantarkan jamaah kembali ke maktab dan tim yang mencari jamaah yang hilang.
Karena jamaah bukan orang2 yang fisiknya kuat semua. 
Baru tiba di mekkah belum tau seluk beluk masjidil haram dan sekitarnya, tidak tahu dimana angkutan dll, akhirnya jamaah bisa pasrah hanya menunggu pencarian dengan wajah pucat semua, karena lapar dan kurang tidur. 

Ini ujian pertama di mekkah. Perbanyak istighfar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zombie At Work Place

World Lupus Day : PLSS

Menangislah